Hasil penelitian menurut FAO menunjukkan bahwa kucing peliharaan bisa mati oleh infeksi virus H5N1. Namun sulit dipercaya bahwa kucing dapat menjadi penular dalam siklus penularan alami virus H5N1.
Kadangkala kucing dapat terinfeksi dari kumpulan hewan peliharaan atau burung liar yang terjangkit H5N1, misalkan ketika kucing makan burung yang terinfeksi. Percobaan menunjukkan bahwa kucing yang terinfeksi dapat melepaskan virus H5N1 melalui pernafasan dan sistem pencernaan, sehingga virus dapat berpindah ke kucing lain. Dalam teori, kucing dapat terinfeksi dan juga menyebarkan virus secara alami.
Dalam wilayah dimana burung liar terinfeksi H5N1 menunjukkan tidak semua kucing menjadi terinfeksi. Sebagian besar burung liar yang terinfeksi adalah unggas air yang jarang berinteraksi dengan kucing, namun H5N1 mempunyai kemampuan menular pada sejumlah spesies burung lain. Maka tak menutup kemungkinan burung perantara atau merpati yang berinteraksi dengan kucing dapat menginfeksinya.
Wilayah dimana unggas terinfeksi H5N1 mempunyai resiko menginfeksi kucing bila berhubungan dengan unggas yang terinfeksi atau kotoran (faeces) mereka. Laporan pendek mendukung dugaan bahwa berhubungan dengan unggas terinfeksi (faeces dan makan bagian tubuh yang terinfeksi) merupakan bentuk sumber infeksi kucing tersebut.
Kucing memiliki kemampuan sangat kecil untuk menularkan penyakit karena jumlah unggas terinfeksi lebih tinggi dibanding jumlah kucing dan unggas lebih banyak melepaskan virus dibanding kucing. Namun, kucing mungkin berperan juga menyebarkan virus pada hewan lain.
Secara teori kucing mungkin sebagai penular infeksi pada manusia. Namun kucing mempunyai resiko kecil untuk terinfeksi avian influenza (HPAI), maka resiko manusia terinfeksi masih terbatas.
Kucing liar yang berpindah tempat dapat menyebarkan penyakit pada wilayah baru. Jika kucing liar terinfeksi, dapat menjadi sumber kontaminasi bagi unggas dan mamalia, termasuk manusia.
Keberadaan H5N1 tidak terbatas hanya pada kucing. Dalam laporan menunjukkan adanya infeksi pada harimau, singa dan kucing civet. Anjing dan babi juga dapat terinfeksi virus. Hewan liar lain atau mamalia peliharaan termasuk anjing laut, jenis musang air (mustelidae) atau hewan beruang (furbearing), juga dapat terinfeksi virus H5N1 bila berhubungan dengan hewan terinfeksi. Semua hewan karnivora dapat terinfeksi ketika makan unggas atau burung liar yang terinfeksi.
Rekomendasi pada wilayah dimana unggas atau burung liar terdiagnosa atau suspect H5N1 HPAI :
1. Laporan klinik dokter hewan setempat menunjukkan bukti signifikan bahwa kematian terjadi pada burung liar dan hewan peliharaan.
2. Segera laporkan ke klinik dokter hewan setempat, jika ditemukan kucing mati atau sakit.
3. Hindari kucing peliharaan berhubungan langsung dengan burung liar atau unggas (faeces/kotoran mereka).
4. Jika membawa kucing sakit atau burung mati ke rumah, gunakan sarung tangan plastik untuk meletakkan burung tersebut dalam tas plastik, dan bawalah ke klinik dokter hewan setempat.
5. Jagalah kucing peliharaan agar tidak keluar rumah dan hindari kontak dengan hewan terinfeksi.
6. Jika kucing menunjukkan gejala pernafasan atau suara sengau, segera konsultasikan dengan dokter hewan.
7. Jangan sentuh atau pegang bila kucing (hewan lain) terlihat sakit atau mati dan segera laporkan pada klinik dokter hewan setempat.
8. Cucilah tangan dengan air dan sabun secara teratur, terutama setelah memegang binatang atau kontak dengan faeces atau air liur hewan dan bersihkan tempat makan hewan.
9. Anjing hanya bisa keluar rumah dengan pengawasan ketat.
10. Jangan memakan jenis burung air.
11. Bersihkan kandang atau perangkat lain yang sudah digunakan untuk memindahkan hewan sakit dengan pemutih 2-3%.
12. Cucilah selimut hewan dengan sabun atau detergen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar