Video Praja IPDN Sulawesi Utara Tewas di Kampus Sadis
TEMPO.CO, Manado - Ada dua rekaman video amatir detik-detik kematian praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) kampus Sulawesi Utara, Yonoli Untajana, 22 tahun, yang menunjukkan penyebab kematian praja asal Tual ini. Video yang direkam oleh warga Desa Tampusu ini memperlihatkan Yonoli saat melintasi rintangan air ketika mengikuti kegiatan pra-Resimen Mahasiswa.
Rekaman video yang menunjukkan kejadian berurutan terlihat bagaimana Yonoli, yang awalnya berenang dari pinggiran kolam, tiba-tiba berhenti di tengah kolam, lalu mulai timbul-tenggelam sebelum kemudian tenggelam dan tidak bisa diselamatkan lagi.
Dua rekaman tersebut masing-masing berdurasi 29 detik untuk video pertama dan bagian kedua hanya berdurasi 15 detik. Tampak jelas terlihat ketika Yonoli yang masih segar bugar hingga ketika Yonoli kehabisan napas di dalam kolam yang berlumpur dan penuh rerumputan tersebut.
Pada rekaman bagian pertama, terlihat ada dua orang praja lainnya yang sudah berada di air. Yonoli sendiri baru berenang dengan gesit dan cepat dari pinggiran kolam ke tengah, di belakang dua orang praja yang telah terlebih dahulu berenang. Namun, ketika sudah berada di tengah kolam, tiba-tiba Yonoli terdiam. Dan sesaat kemudian, Yonoli mulai menggapai-gapai di air sembari timbul-tenggelam.
Dalam rekaman ini sendiri juga terdengar jelas suara-suara orang tertawa dan memanggil nama Yonoli. "Yonoli wei Yonoli so abis. Bale yonoli. (Yonoli hei Yonoli sudah habis. Balik Yonoli)," demikian kata-kata yang terekam dalam video rekaman tersebut.
Di dalam rekaman tersebut juga tampak jelas tak ada upaya pertolongan dari dua orang praja berseragam lengkap yang berada di pinggir kolam. Bahkan terdengar jelas suara dalam rekaman tersebut saat Yonoli sudah mulai kehabisan napas. Para praja yang tidak berada di air berteriak dengan nada mencibir Yonoli, "Wei-wei Yonoli Yonoli dia nintau batobo kwa (wei-wei Yonoli Yonoli dia tidak tahu berenang)."
Sedangkan dalam rekaman bagian kedua tampak kepanikan luar biasa mulai terlihat. Sudah ada dua orang lainnya di dalam kolam renang bersama Yonoli, yang sudah sangat kepayahan timbul-tenggelam. Orang yang hendak menolong Yonoli tersebut tampak masih sangat lincah berenang sembari berteriak minta kayu kepada rekan-rekannya yang berada di darat.
Sayangnya, permintaan kayu oleh salah seorang praja yang bermaksud menolong Yonoli malah disambut candaan dan cibiran terhadap Yonoli. Terdengar jelas dalam rekaman tersebut ketika si penolong meminta kayu, praja yang berada di darat sembari tertawa justru mengatakan bahwa Yonoli banyak gaya. "Itu kwa kabal bagaya le (itu keras kepala, bergaya lagi)," terdengar jelas suara mencibir dan diselingi teriakan minta kayu. Sementara, di dalam rekaman, Yonoli mulai tak terlihat lagi di permukaan.
ISA ANSHAR JUSUF
sumber
Code:
http://www.tempo.co/read/news/2013/02/03/079458725/Detik-detik-Terakhir-Praja-IPDN-Masih-Ditertawakan
Berita sebelumnya
Praja IPDN Sulut Tewas Saat Mengikuti Orientasi Kampus
26-01-2013 09:37
MANADO, KOMPAS.com â€" Jonoly Untayanadi (25), mahasiswa tingkat tiga kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Sulawesi Utara atau Sulut, tewas ketika mengikuti kegiatan orientasi, Jumat (25/1/2013). Korban merupakan mahasiswa pindahan dari IPDN Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.
Saat dibawa ke Rumah Sakit Prof Kandou Manado, dari mulutnya keluar darah. "Sebelum ini, dia (korban) juga pernah masuk rumah sakit karena disiksa. Orangtuanya ada di Tual, Maluku Tenggara. Bapaknya baru meninggal sebulan yang lalu," ujar Anton Jabarmase (49), salah satu kerabat korban, ketika berada di kamar jenazah RS Malalayang.
Menurut Anton, korban meninggalkan rumahnya di Tikala Baru, Manado, pada Kamis (24/1/2013) sekitar pukul 08.00 pagi. Waktu itu korban terlihat terburu-buru pergi. Kampus IPDN Sulut sendiri berada di Tampusu, Kecamatan Remboken, Minahasa.
"Tidak bisa terlambat katanya," ujar Anton menirukan ucapan Jonoly.
Setiap kali libur, Jonoly bersama rekan-rekannya sering mendatangi rumah keluarga Anton di Manado. Kamis sekitar pukul 12.00 siang, korban masih sempat menelepon kakaknya. Menurut keluarga, hingga kini belum ada informasi yang mereka terima dari kampusnya.
Ketika dipindahkan dari Rumah Sakit Bukit Moria Tomohon ke Rumah Sakit Malalayang, Manado, hanya ada satu orang dari IPDN yang menemani serta Kepala Polsek Remboken AKP Jemmy Laluyan. Menurut Laluyan, pihaknya menerima informasi justru dari camat, bukan dari pihak kampus.
"Kita akan selidiki nanti seperti apa bentuk kegiatan orientasi lapangan serta akan meminta keterangan saksi-saksi," ujar Laluyan.
sumber
http://regional.kompas.com/read/2013/01/26/08193556/Praja.IPDN.Sulut.Tewas.Saat.Mengikuti.Orientasi.Kampus?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp
Comment:
Mana si sapitri?
beginikah "seleksi alam untuk mencari kader terbaik" itu?
hal seperti ini jelas sudah termasuk pidana
Dalam KUHP
Pasal 531
Barang siapa ketika menyaksikan bahwa ada orang yang sedang menghadapi maut tidak memberi pertolongan yang dapat diberikan padanya tanpa selayaknya menimbulkan bahaya bagi dirinya atau orang lain, diancam, jika kemudian orang itu meninggal, dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
busyet ancaman pidananya sangat ringan..
Sumber dari http://kask.us/g5Ay3 oleh cronus111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar