Selasa, 01 November 2011

Dukung Komodo Jadi Tujuh Keajaiban Dunia / Katogori Alam

Dukung Komodo Jadi Tujuh Keajaiban Dunia / Katogori Alam _ Sms dukungan pulau Komodo salah satu dari keajaiban dunia sudah menembus aeratus juta sms dari seratus dua puluh juta sms untuk mendukung pulau komodo jadi 7 keajaiban dunia (New7Wonder) hingga H-12 hari penentuan katogori alam.Ayo dukung teru sms dari warga indonesia hanya 1 rupiah per_sms.Dengan cara ketik komodo kirim ke 9818.


"Hingga malam Minggu saja, SMS yang masuk mencapai 14,3 juta. Sehingga kalau totalnya sampai hari ini sudah menyentuh 100 juta lebih SMS. Tapi kami tidak boleh menyebutkan angka pastinya karena itu menyalahi aturan," kata Ketua Pendukung Pemenangan Komodo (P2 Komodo) Emmy Hafidz dalam siaran pers yang diperoleh di Kupang, Senin.

Artinya hingga malam Senin atau H-12 (tanggal 30 Oktober 2011) menjelang pengumuman finalis tujuh keajaiban dunia 11 November 2011, dukungan untuk Komodo menjadi finalis 7 deajaiban dunia baru kategori alam, mungkin telah menembus 110 juta lebih dari total 120 juta suara yang dibutuhkan.

Untuk itu kepada seluruh masyarakat di dalam maupun di luar negeri diminta untuk terus mengirim dukungan sebanyak-banyaknya melalui televoting ini sekarang juga, untuk mewujudkan impian dan perjuagan menjadikan Komodo sebagai satu dari 7 keajaiban dunia (New7Wonder). "Bagi yang telah mengirim 100x dapat mendaftarkan nama yang akan diabadikan di Monumen Komodo sebagai saksi sejarah, dalam ajang finalis tujuh keajaiban dunia pada 2011," katanya.

Dia memberi gambaran bahwa dari 28 finalis dari berbagai negara, Yayasan Pendiri 7 Keajaiban Dunia (New 7 Wonder Foundation) menargetkan bisa meraih sebanyak 1 miliar SMS. "Awalnya ada 440 lokasi dari 220 negara, lalu disaring menjadi 77 nominasi, lalu disaring lagi menjadi 28 finalis dan selanjutnya diserahkan ke masyarakat untuk memberi dukungan menjadi Tujuh Keajaiban Dunia," katanya.

Ia mengatakan Pendukung Pemenangan Komodo (P2 Komodo) merupakan lembaga di Indonesia yang mendapat lisensi untuk mengelola dukungan terkait penjurian 7 Keajaiban Dunia. "Dengan mengirim pesan pendek Komodo ke 9818, masyarakat bisa ikut menyumbangkan suaranya untuk memenangkan Pulau Komodo di kancah internasional. Biayanya kecil hanya Rp1/SMS," katanya.

Dia mengaku dukungan terhadap Pulau Komodo semakin meningkat akhir-akhir ini, terutama sejak beberapa tokoh masyarakat ikut berpartisipasi. Di antaranya mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, artis Olga Lydia, Fadli Padi, grup band Slank, RAN dan lainnya. "Saat Slank mengumumkan dukungannya, jumlah SMS yang masuk 10 juta dalam sehari," katanya.

Bahkan, saat Malaysia mempromosikan Kadal Air untuk menyaingi Komodo Indonesia SMS langsung naik. Padahal Malaysia bukan termasuk 28 negara finalis. Kadal Air itu hanya semacam biawak bukan hewan purba. Namun bersamaan dengan fenomena itu SMS buat Komodo langsung naik dari biasanya 3,5 juta sehari menjadi 6,8 juta," katanya.

Di negara lain pun, katanya warga negara Indonesia bisa mengirimkan SMS dukungan terhadap Komodo, namun dengan nomor tujuan sesuai operator telekomunikasi setempat.

Hal itu banyak dilakukan oleh para TKI yang berada di Korea, meskipun Korea juga menjadi finalis mengunggulkan Pulau Jeju. "Kabarnya, Taiwan malah minta bantuan SMS dari Tiongkok, yang merupakan tempat tinggal dan beraktivitasnya warga Indonesia di negeri itu," katanya. (Ant)

(khabar berita ke 2)
Di tengah minimnya kabar baik, berita soal komodo masuk sebagai salah satu nomine 7 Keajaiban Dunia Baru oleh New 7 (Seven) Wonders of Nature tentu membuat bahagia. Setidaknya, akan ada satu lagi kekayaan Indonesia yang mendapat pengakuan dari dunia internasional.

Maka, berbondong-bondonglah berbagai figur publik menyerukan agar bangsa Indonesia menunjukkan nasionalismenya lewat mendukung komodo. Caranya? Dengan mengirim SMS ke 9818. Awalnya, SMS dukungan ini bernilai Rp 1000, sekarang, demi menggalakkan dukungan, SMS-nya hanya dikenai biaya Rp 1.

Pendukung kampanye ini tidak main-main. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi duta resmi pemenangan Pulau Komodo. Dari DPRD Manggarai Barat, sembilan hakim agung Mahkamah Konstitusi, MPR, berbagai pimpinan media massa dan pengusaha nasional, selebritas semacam Fadli 'Padi' dan RAN, Slank, bahkan sampai Presiden SBY pun menyerukan dukungan.

Kerjasama dengan empat provider telekomunikasi pun dilakukan demi melancarkan pemilihan via SMS. Saking menggilanya jumlah kiriman SMS untuk memenangkan Pulau Komodo, penyedia layanan SMS Mobilink pun sampai menaikkan kapasitas servernya. Bisa dipastikan, menjelang masa berakhirnya masa pemilihan pada 11 November nanti, dukungan akan semakin meningkat.

Jusuf Kalla memperkirakan, Pulau Komodo membutuhkan 30 juta suara untuk menang. Nah, sudah berapa banyak dukungan yang diperoleh Pulau Komodo sampai sekarang? Ketua Pendukung Pemenangan Komodo, aktivis lingkungan Emmy Hafild mengaku saat ini pendukung Komodo sudah mencapai puluhan juta, meskipun tidak boleh disebutkan detail berapa tepatnya voters yang mendukung Komodo.

Alasannya, "Peraturan dari panitia penyelenggara The 7 Wonders melarang peserta memberikan rincian voters karena kompetisi ini tidaklah menggunakan penghargaan juara satu, dua dan tiga," Jelas Emmy Hafild kepada wartawan.

Maladewa termasuk salah satu negara yang masuk dalam nomine 7 Keajaiban Dunia Baru ini, tapi kemudian memutuskan mundur. Alasannya? Seperti tercantum dalam situs resmi pemasaran dan hubungan masyarakat Maladewa, bahwa penyelenggara tidak transparan dalam menjelaskan bagaimana cara mereka menghitung dukungan.

Itu baru satu alasan. Yang lainnya adalah biaya-biaya tak terduga yang terus meningkat jumlahnya. Mereka menyebut harus membayar sponsor platinum mencapai $350 ribu; dua biaya sponsor emas dengan total $420 ribu, mensponsori tur dunia dengan menerima kunjungan delegasi, menyediakan perjalanan balon udara, penerbangan, akomodasi, kunjungan wartawan; biaya $1 juta dolar bagi penyedia layanan telepon untuk berpartisipasi dalam kampanye New7Wonders; dan $1 juta lagi agar maskapai Maladewa bisa menempelkan logo New7Wonders di pesawat-pesawat mereka.

Biaya-biaya ini sangat besar hanya demi sebuah predikat 'ajaib'. Toh selama ini reputasi komodo sebagai tujuan wisata dunia juga sudah diakui.

Selain itu, bukankah biaya jutaan dollar itu bisa lebih baik digunakan untuk sebuah kampanye wisata Indonesia yang terencana (semacam Malaysia dengan Truly Asia-nya atau Thailand lewat Amazing Thailand-nya) daripada demi membayar biaya-biaya lisensi pada sebuah perusahaan yang tidak jelas reputasinya?

Yang perlu diingat lagi, bahwa lembaga New7Wonders yang mengadakan kompetisi ini sama sekali tidak terhubung dengan lembaga UNESCO di bawah PBB.

UNESCO sudah lebih dulu menetapkan Taman Nasional Komodo sebagai Situs Warisan Dunia pada 1986.

Bahkan, UNESCO sampai mengeluarkan pernyataan tersendiri demi menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan dengan penetapan Situs-Situs Warisan Dunia sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh New7Wonders (Pernyataan resmi dari UNESCO bisa dibaca di sini).

Sejak 2007, UNESCO menyatakan bahwa mereka sudah berkali-kali diajak bekerjasama oleh organisasi milik Bernard Weber ini, tapi mereka memilih untuk tidak berpartisipasi. Lembaga PBB biasanya menggunakan bahasa-bahasa yang diplomatis.

Maka ketika UNESCO mengatakan, "tidak ada yang bisa dibandingkan antara kampanye media yang dilakukan Tuan Weber dengan pekerjaan ilmiah dan proses pendidikan yang kami lakukan di UNESCO sehingga menghasilkan daftar situs-situs Warisan Dunia," itu artinya mereka sedang memberi peringatan keras akan cara kerja lembaga ini.

Lalu, kenapa kita masih ngotot memenangkan komodo dalam kompetisi yang tidak jelas cara penjuriannya ini? Yang jika kita menang pun, kita masih harus membayar biaya-biaya tinggi demi meraih pengakuan internasional?

Sebegitu hauskah kita akan pengakuan internasional dari lembaga yang reputasinya tidak jelas? Apa yang menurut Anda membuat berbagai figur publik seolah terbutakan akan fakta-fakta yang tersedia dan secara membuta mendukung komodo?

(untuk info komodo lebih lanjut klikk di sini)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar