Kuasai 220.000 Hektar Lahan Sawit di Liberia, Perusahaan RI Diprotes Warga Lokal
Distrik Butaw - Perusahaan asal Indonesia ternyata menguasai kebun sawit yang cukup luas di Liberia, Afrika. Akan tetapi sekarang lahan tersebut diprotes oleh para petani yang sudah bertahan di tengah perang saudara selama 15 tahun.
Lahan tersebut berlokasi sekitar tiga jam perjalanan dari ibukota Liberia, Monrovia. Perusahaan asal Indonesia yang bernama Golden Veroleum Liberia (GVL), menanam sawit di atas bukit yang tadinya hutan sekitar provinsi Sinoe County, bagian selatan Liberia.
"Kami tidak menolak perkembangan (industri), tapi kami ingin didengar, dihormati. Kami ingin mereka (GVL) mendengarkan kami," kata salah satu petani lokal Benedict Smarts dikutip AFP, Rabu (23/11/2013).
Pada 2010 lalu, GVL mendapatkan izin pinjam pakai lahan seluas 220.000 hektar untuk memproduksi minyak sawit. Biayanya sebesar US$ 1,5 (Rp 15 ribu) per hektar tiap tahun untuk area hutan yang belum dijamah, dan US$ 5 (Rp 50 ribu) per hektar tiap tahun untuk lahan yang sudah siap tanam.
Sayangnya, perjanjian ini dilakukan tanpa sepengetahuan warga setempat. Saat penandatanganan perjanjian dilakukan di Monrovia, sama sekali tidak ada warga provinsi Sinoe yang menjadi saksi.
Banyak warga di desa Plu, yang berada dekat lahan sawit itu, melayangkan protes terhadap perusahaan asal Indonesia tersebut. Mereka merasa ditindak semena-mena oleh perusahaan asing.
"Orang-orang Indonesia itu datang ke sini pertama kali September 2010," kata warga setempat bernama Benedict Manewah.
"Mereka bilang: Kami sudah punya perjanjian konsesi, presiden kalian yang menjualnya kepada kami," tambahnya.
"Tiga bulan kemudian mereka kembali lagi... dan mereka mulai menghancurkan ladang, kebun, kandang ternak, dan rumah-rumah," imbuhnya.
Manewah masih ingat beberapa tanaman yang ia tanam dan urus untuk bertahan hidup. "Dulu saya punya pohon karet, singkong, sukun, jeruk, kakao, kelapa dan palem," katanya yang sebagian juga dipakai untuk makanan sehari-hari keluarganya.
Para pekerja GVL menghancurkan ladang milik Manewah karena merasa tanah tersebut sudah masuk dalam teritori yang disewa GVL untuk menanam sawit.
"Hasilnya tanamannya mereka bawa pulang untuk rakyat di negaranya (Indonesia)," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar