Menjelang Pemilu seperti sekarang ini banyak poling hasil survey menghiasi halaman surat kabar baik nasional maupun di daerah, dan yang mengherankan hasilnya tidak ada yang sama, hari PKS bisa nomor satu di lembaga survey anu misalnya tapi lembaga survey yang lain malah golkar nomor satu atau bisa jadi demokrat, ada apa ini?
Mungkin berita milis dari tetangga sebelah yang saya dapat bocoranya ini bisa menjelaskan, berikut petikanya;
"Seorang teman yang mempunyai akses bagus ke sejumlah pengamat politik dan lembaga survey menyatakan bahwa kebanyakan mereka tidak lagi netral.
Sumber terpercaya ini menyatakan dia sendiri punya kedekatan dengan PDIP, namun ya hanya untuk cari rejeki dan popularitas saja. Dia menyatakan bahwa teman2-nya pun setali tiga uang, semua punya kedekatan secara kerja politik dengan sejumlah parpol.
Pengamat seperti Bima, katanya, juga dekat sekali dengan Partai Demokrat. Bhaskoro SBY dibantu setengah mati dengan honor milyaran rupiah.
Lembaga survey juga demikian, mungkin mereka bikin riset yang desainnya cukup bagus tapi kemudian dimanipulasi sedemikian rupa hingga memberikan hasil yang menguntungkan partai klien mereka. Bahkan CSIS pun tidak lagi netral, ada dua arus utama di sana, Hadi Susatro ke PD dan JB Kristiadi ke Golkar. Ujung-ujungnya duit.Tapi itu hanya cara mereka untuk hidup saja.
Menariknya, sejumlah dari mereka ternyata tetap simpatisan PKS dan pengin suatu saat bisa involved atau ingin bersinggungan dengan PKS. Saya bilang ke sumber kita ini, ya saya nggak bisa maksa kalo soal kebutuhan hidup itu adalah soal pilihan pragmatis atau idealis, mudah2an hati nurani dan hidayah akan kembali memimpin kita (wah bukan HANURA-nya Wiranto lho).
Jadi benar sinyalemen Mas Dayat bahwa lembaga survey itu bukan Tuhan, nasib PKS tidak ditentukan oleh lembaga survey."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar